Kata Jiwa Tentang Cinta
Jiwaku mengajar dan memintaku untuk mencintai apa yang orang lain benci dan menjadi bagi siapa saja yang dicaci dan dimki.
Jiwaku menunjukkan pada diriku bahwa cinta juga merasa bangga terhadap dirinya, bikan hanya kepada orang yang dicintainya. Lebih dari itu juga kepada orang yang mencintainya.
Sebelum jiwaku mengajariku, cinta dihatiku seperti benang tipis yang terikat pada dua pasak.
Tapi kini, cinta telah menjadi sebuah lingkaran keramat yang permulaannya adalah akhir, dan akhirnya adalah awal.
Cinta mengelilingi setiap makhluk dan perlahan – lahan berkelana kemana – mana memeluk siapa saja yang dapat direngkuhnya.
Jiwaku menasehati dan mengajariku untuk mengerti keindahan kulit, sosok dan warna – warni yang tersembunyi.
Ia memintaku untuk merenungkan apa yang dianggap orang lain lucu, juga merenungkan pesona dan kesenangan yang sebenarnya.
Sebelum jiwaku memberi ajarannya padaku, aku melihat keindahan seperti sinar lampu yang bergetar diantara kepulan asap. Setelah asap itu lenya, tak keu lihat apapun, selain lidah api.
Jiwaku mengajari dan memintaku untuk mendengarkan suara – suara yang tidak terucap oleh lidah, taring dan bibir.
Sebelum jiwaku mengajariku, aku mendengar kehampaan tetapi tiba – tiba ada teriakan dan lengkingan.
Sekarang aku tidah sabar untuk menemui kesunyian dan mendengarkan paduan suara yang menyanyikan lagu kehidupan, cakrawala yang keluar dan rahasia yang tak tampak.
Jiwaku mengajariku dan memintaku untuk meminum anggur yang tidak dapat diambil dan dituang dari ceret yang dapat dingkat tangan dan disentuh bibir.
Sebelum jiwaku mengajariku tentang hal itu, dahagaku layaknya lentik api yang hamper padam tertutup abu, dan abu iti dapat ku bersihkan dengan seteguk air.
Namun sekarang keinginan menjelma menjadi cangkirku, kesayanganku, anggurku, kesepianku, kemabukanku sendiri. Dalam dahaga yang tak tertuntaskan terdapat kegembiraan abadi.
Jiwaku mengajari dan memintaku untuk menyentuh apa saja yang tidak menjelma.
Jiwaku membukakan mataku bahwa apa saja yang kita sentuh adalah bagian nafsu diri kita.
Namun sekarang jari – jariku telah menyentuh kabut, menembus apa yang tampak di alam dan bercampur dengan apa yang tidak tampak.
Jiwaku memintaku menghirup bau harum tanpa wewangian kemenyan.
Sdebelum jiwaku mengajariku, aku sangat membutuhkan parfum di taman, di botol atau di pedupaan.
Tetapi kini aku dapat menikmati bau dupa baker untuk pemujaan atau upacara korban. Dan kuisi hatiku dengan wewangian yang tidak pernah dihembuskan oleh segar.
Jiwaku mengajari dan mendidikku utnuk berkata,”kau telah siap” ketika mahkluktak dikenal dan mengerikan mamanggilku.
Sebelum jiwaku mengajariku hal itu, mulutku tidak berkata – kata keculai hanya meluapkan tangisan yang aku sadari, dan tidak berjalan kecuali diatas jalan yang mudah dan mulus.
Sekarang makhluk yang tak dikenal itu telah menjadi seekor kuda yang dapat ku naiki untuk mencapai Tuhan, dan kini daratan telah menjadi tangan dimana kau memanajtnya untuk meraih puncak.
Jiwaku berbicara padaku, jangan mengukur waktu dengan mengatakan, …….
Yang ada hanyalah kemarin dan hari esok.
Dan sebelum jiwaku berkata padaku, aku membanyangkan masa lalu bagai epos yang tak pernah terulang, dan masa depan adalah epos yang tidak dapat digapai.
Sekarang aku menyadari bahea saat sekarang mengandung semua waktu dan didalamnya semua harapan dapt disandarkan, dengan cara bekerja keras guna mewujudkannya.
Jiwaku mengajari dan mendesakku agar tidak membatasi ruang dengan mengatakan, ………..
Disini, disana dan diseberang itu.
Sebelum jiwaku mengajariku, aku merasa bahwa dimana saja aku berjalan selalu jauh dari tempat yang lain.
Detik ini aku menyadari bahwa dimana aku berada, aku mempunyai seluruh ruang, dan jarak yang aku tempuh adalah sepanjang dunia.
Jiwaku meminta dan menasehatiku untuk bangun ketika aku tertidur.
Dan supaya aku tertidur ketika orang lain bekerja.
Sebelum jiwaku mengajariku hal itu, aku tidak pernah melihat mimpi – mimpi mereka dalam tidurku, mereka juga tidak mengetahui apa yang aku pikirkan.
Sejak hari ini aku tidak lagi berlayar ke lautan mimpi.
Bila mereka tak melihatku dan tak terbang membumbung tinggi ke angkasa, saat itu juga mereka sudah menikmati kegembiraan dalam kebebasan.
Jiwaku mengajariku, dan sapanya ……..
Jangan terlalu gembira jika dipuji, dan jangan terlalu sedih jika disalahkan.
Sebelum jiwaku memberiku nasihat, aku meragukan nilai pekerjaanku.
Kini aku menyadari bahwa pohon – pohon menguncup di musim semi, dan berbuah dimusim panas tanpa berharap untuk dipuji. Daunnya rontok dimusim gugur dan tubuhnya telanjang dimusim dingin tanpa merasa takut disalahkan.
Jiwaku mengajari dan menunjukan padaku bahwa sesungguhnya aku tidak lebih dari seorang kerdil, bukan seorang raksasa.
Sebelum jiwaku mengajariku, aku di mta orang lain tampak seperti orang lemah yang perlu dikasihani, kadang – kadang seperi orang kuat yang harus dipatuhi, orang kuat yang tetap bertahan walau banyak tantangan menerpa.
Tetapi sekarang aku telah belajar bahwa diriku adalah keduanya, berasal dari bahan yang sama.
Asalku sama dengan asalnya juga, kesadaraku sama dengan kesadarannya, pendiriaku tidak berbeda dari pendiriannya, dan ziarahku sejalan dengan ziarahnya pula.
Jika mereka berdosa, aku juga seorang pendosa.
Jika mereka berperilaku baik, aku memujinya.
Jika mereka tertib di ufuk Timur, akupun tertib bersamanya
Jika mereka malas, aku juga meniru kelambanannya.
Jiwaku berkata padaku …………
Lentera yang kau bawa bukanlah milikmu, nyanyian yang kau dendangkan bukanlah gubahan hatimu. Bahkan jika kau membawa cahaya, bukan berarti kau adalah cahaya, dan jika kau menjadi kecapi dengan senarnya, tidak lantas kau menjadi seorang pemainnya.
Jiwaku mengajari aku dan saudara – saudaraku mengerti banyak hal.
Dan jiwaku telah mengajarimu sangat banyak pula.
Karena kamu dan aku adalah satu, dan tidak ada perbedaan diantara kita kecuali bahwa aku dengan sungguh – sungguh menekankan bahwa apa yang dalam diriku, ketika kamu menjaganya adalah sebuah rahasia yang ada dalam dirimu.
Dan di dalam rahasiamu itu terdapat suatu kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar